Hidup Berkah dengan Mentaati dan Mematuhi Orang Tua dan Guru
HIDUP BERKAH DENGAN MENTAATI DAN MEMATUHI ORANG TUA DAN GURU
Sahabat MgmpMAdrasah, Sebenarnya orang tua itu ada
tiga, yaitu: pertama adalah orang yang menyebabkan kita lahir, yaitu
ayah dan ibu, kedua adalah orang yang mengajari kita berbagai ilmu
pengetahuan, yaitu guru-guru kita baik guru yang mengajari kita pada saat kita
masih kecil atau yang mengajari kita pada saat sudah dewasa. Biasanya guru
disebut orang tua rohani. Ketiga adalah orang yang menyebabkan pasangan
kita lahir, yaitu Bapak dan ibu mertua.
Ketiga orang tua tersebut wajib kita hormati karena jasa-jasanya yang
sangat besar.
Banyak kejadian nyata yang
kita saksikan di sekitar bahwa banyak orang yang sukses dalam kehidupan dunia
dan akhiratnya dikarenakan hormat dan taatnya mereka kepada orang tua. Demikian
juga banyak kisah yang menyebutkan bahwa kedurhakaan kepada orang tua
mengakibatkan kesengsaraan dalam hidup.
Sebagai seorang muslim tentu
kita tidak ada yang menginginkan untuk sengsara di dunia terlebih lagi di
akhirat. Kita selalu menginginkan kebahagiaan di dunia dan akhirat sebagaimana
do’a kita setiap hari.
Kita harus menghormati,
menaati dan berbakti kepada orang tua. Orang tua tentu bukan hanya orang yang
melahirkan kita tetapi juga orang yang mendidik kita, guru-guru kita, dan orang
yang anaknya kita nikahi, mertua kita kelak ketika sudah menikah.
1. QS. al-Isra’ [17]: 23 – 24
Sebelum kita memahami
secara lebih mendalam tentang kandungannya, marilah kita baca dengan baik dan
benar QS. al-Isra’ [17]: 23-24 berikut ini.
a. Terjemah
ayat
23.“Dan Tuhanmu telah memerintahkan
agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu
bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia
lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan
kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan
ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.”
24. “Dan
rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah,
”Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu
kecil.” (QS. al-Isra’ [17]: 23 – 24)
b. Penjelasan QS. al-Isra’ [17]: 23 – 24
Surat
Al-Isra'
ayat 23-24 memiliki kandungan mengenai pendidikan berkarakter, yang didefinisikan sebagai satu
kesatuan yang membedakan satu dengan yang lain atau dengan kata lain karakter
adalah kekuatan moral yang memiliki sinonim berupa moral, budi pekerti, adab, sopan santun dan akhlak. Akhlak dan adab sumbernya
adalah wahyu yakni berupa Al-Qur’an dan Sunah. Sedangkan budi pekerti, moral,
dan sopan santun sumbernya adalah filsafat.
Dalam
ayat ini Allah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk menyembah Dia semata,
tidak ada sekutu bagi-Nya. Kandungan ayat ini juga menunjukkan betapa kaum
muslimin memiliki kedudukan yang sangat tinggi dibanding dengan kaum yang
mempersekutukan Allah SWT.. Ayat ini juga menjelaskan tentang ihsan
(bakti) kepada orang tua yang diperintahkan agama Islam adalah bersikap
sopan kepada keduanya dalam ucapan dan perbuatan sesuai dengan adat kebiasaan
masyarakat, sehingga mereka merasa senang senang terhadap kita, serta mencukupi
kebutuhan-kebutuhan mereka yang sah dan wajar sesuai kemampuan kita (sebagai
anak).
Dalam
Tafsir Ibnu Kafir dijelaskan
bahwa Allah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk menyembah Dia semata,
tidak ada sekutu bagi-Nya. Selanjutnya perintah berbakti kepada orang tua.
Yakni memerintahkan kepada kita untuk berbuat baik kepada ibu bapak, dan
janganlah kita mengeluarkan kata-kata yang buruk kepada keduanya, sehingga
kata-kata “ah” pun yang merupakan kata-kata buruk yang paling ringan tidak
diperbolehkan. Janganlah pula bersikap buruk kepada mereka, seperti yang
dikatakan oleh Ata Ibnu Rabah sehubungan dengan arti surah tersebut "dan
janganlah kamu membentak mereka" maksudnya jangnlah kamu
menolakkan tangan kepada keduanya.
Setelah
melarang mengeluarkan perkataan dan melakukan perbuatan buruk terhadap kedua
orang tua, Allah memerintahkan untuk berbuat baik dan bertutur sapa baik
terhadap kedua orang tua, serta berlaku sopan santun kepada keduanya dengan
rasa penuh hormat dan memuliakannya.
Dalam Tafsir al-Misbah dijelaskan bahwa ayat-ayat
diatas memberi tuntunan
kepada anak agar berbakti kepada kedua orang tua secara bertahap. Dimulai
dengan janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah”. Lalu
dilanjutkan dengan mengucapkan kata-kata yang mulia. Ini lebih tinggi
tingkatannya dari tuntunan pertama karena mengandung pesan penghormatan dan
pengagungan melalui ucapan. Selanjutnya meningkat lagi dengan perintah untuk
berperilaku yang
menggambarkan kasih sayang sekaligus kerendahan di hadapan kedua orang tua. Perilaku
yang lahir dari rasa kasih sayang yang menjadikan mata sang anak tidak lepas
dari orang tua. Yakni selalu meperhatikan dan memenuhi keinginan orang tuanya.
akhirnya sang anak dituntut untuk mendoakan orang tua sambil mengingat
jasa-jasa mereka terlebih saat kita kecil.
13. Dan
(ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran
kepadanya, ”Wahai anakku! Janganlah engkau
mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”
14. Dan Kami
perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya.
Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang
tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.
15. Dan jika keduanya
memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai
ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku.
Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu
apa yang telah kamu kerjakan.
16. (Lukman berkata),
”Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan
berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya
(balasan). Sesungguhnya Allah Mahahalus, Mahateliti.
17. Wahai anakku! Laksanakanlah salat dan
suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar
dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu
termasuk perkara yang penting. (QS. Luqman [31]: 13 – 17)
b. Penjelasan QS. Luqman [31]: 13 – 17
Ayat 13 surah Luqman ini menjelaskan bahwa syarat untuk mendidik anak
hendaknya dilandasi dengan lemah lembut dan kasih sayang. Kata ‘izuhu terambil dari kata wa’zh yaitu nasihat meyangkut berbagai
kebajikan dengan cara menyentuh hati, penyampaiannya yakni dengan lemah lembut,
tidak membentak, dan panggilan sayang pada anak. Kata bunayya
menggambarkan patron kemungilan yang mengisyaratkan kasih sayang. Hal ini tentunya juga berlaku kepada para
pendidik (guru) dalam mendidik para peserta didiknya.
Dalam ayat 14 Allah menggambarkan
kesusahan seorang ibu dalam merawat anaknya, mengapa hanya jasa ibu yang
digambarkan dengan sedemikian lemahnya? Karena peranan ibu lebih berat dari ayah,
mulai dari proses mengandung, hingga melahirkan dan menyapihnya.
Kata wahnan berarti kelemahan atau kerapuhan. Yang dimaksud di sini adalah ibu sangat lemah saat mengandung.
Kata wahnan berarti kelemahan atau kerapuhan. Yang dimaksud di sini adalah ibu sangat lemah saat mengandung.
Ayat 15 surah Luqman menjelaskan
tentang larangan taat kepada orang tua dalam mendurhakai Allah Swt., dan
nasihat Luqman kepada anaknya tentang menolak segala bentuk kemusyrikan di manapun
berada. Ayat ini sekaligus memberitahu bahwa mempergauli keduanya dengan baik
hanya dalam urusan dunia, bukan keagamaan. Seperti Nabi Ibrahim as, dia tetap
berlaku santun kepada bapaknya sekalipun pembuat berhala, namun Nabi Ibrahim
tidak sependapat dalam hal aqidah.
Dalam ayat 16 surah Luqman terdapat
kata Latif, yang artinya lembut, halus, atau kecil. Dari makna ini
lahirlah makna ketersembunyian dan ketelitian. Imam al-Ghazali menjelaskan
bahwa yang berhak menyandang sifat ini hanyalah yang mengetahui perincian
kemashlahatan dan seluk beluk rahasianya. Yang kecil dan halus, kemudian
menempuh jalan untuk menyampaikannya dengan lembut dan bukan kekerasan. Yaitu
Allah, karena dia selalu menghendaki kemaslahatan untuk makhluk-Nya. Ayat ini
menggambarkan kekuasaan Allah Swt.. dalam menghitung amal manusia betapapun
sedikitnya.
Ayat 17 menjelaskan tentang amar
ma’ruf nahi munkar, yang puncak dan pangkalnya adalah shalat, serta amal kebaikan
yang tercermin adalah buah dari shalat yang dilaksanakan dengan benar. Kata ‘azm
dari segi bahasa berarti kekuatan hati atau tekad.
3. Hadis
a. Hadis Riwayat Muslim
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
رَغِمَ أَنْفُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ قِيلَ مَنْ يَا رَسُولَ
اللَّهِ قَالَ مَنْ أَدْرَكَ أَبَوَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ أَحَدَهُمَا أَوْ
كِلَيْهِمَا فَلَمْ يَدْخُلْ الْجَنَّةَ.(رواه مسلم)
Terjemah Hadis
“dari Abu Hurairah dari Nabi Saw. beliau
bersabda: "Dia celaka! Dia celaka! Dia celaka!" lalu beliau ditanya;
"Siapakah yang celaka, ya Rasulullah?" Jawab Nabi Saw.: "Barang
Siapa yang mendapati kedua orang tuanya (dalam usia lanjut), atau salah satu
dari keduanya, tetapi dia tidak berusaha masuk surga (dengan berusaha berbakti
kepadanya dengan sebaik-baiknya)." (HR. Muslim)
b. Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim
سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ
بْنَ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يَقُولُ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاسْتَأْذَنَهُ فِي الْجِهَادِ فَقَالَ أَحَيٌّ وَالِدَاكَ قَالَ
نَعَمْ قَالَ فَفِيهِمَا فَجَاهِدْ. (رواه البخاري ومسلم)
Terjemah
“Aku mendengar 'Abdullah bin 'Amru radliallahu
'anhuma berkata: "Datang seorang laki-laki kepada Nabi Saw. lalu meminta
izin untuk ikut berjihad. Maka Beliau bertanya: "Apakah kedua orang tuamu
masih hidup?" Laki-laki itu menjawab: "Iya". Maka Beliau
berkata: "Kepada keduanyalah kamu berjihad (berbakti).” (HR. Bukhari dan Muslim)
c. Penjelasan Hadis
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Muslim
tersebut, dijelaskan bahwa seseorang akan celaka ketika tidak berbakti kepada
orang tua. Kata “Dia celaka” (رَغِمَ أَنْفُ)
diulang-ulang oleh Rasul Saw sebanyak tiga kali menunjukkan bahwa celaka akan
benar-benar terjadi kepada seseorang yang tidak berbakti kepada orang tua. Hal
ini juga menunjukkan betapa pentingnya berbakti kepada kedua orang tua terlebih
lagi ketika kedua orang tua atau salah satu dari mereka masih hidup.
Hadis selanjutnya, riwayat Bukhari dan
Muslim, menjelaskan bahwa berbakti kepada kedua orang tua memiliki nilai pahala
yang sangat besar. Bahkan nilai pahala berbakti kepada kedua orang tua oleh
Rasulullah saw disamakan dengan nilai pahala jihad, berperang, melawan kaum
kafir.
Sebelum kalian menerapkan perilaku menghormati dan
mematuhi orang tua dan guru sebagai implementasi QS. al-Isra’ [17]: 23-24, Luqman [31]: 13-17, dan
hadis Nabi, terlebih dahulu kalian harus membiasakan membaca Al-Qur’an setiap
hari.
Sikap dan perilaku yang dapat diterapkan sebagai
penghayatan dan pengamalan surah al-Isra’ [17]: 23-24 sebagai berikut.
1.
Selalu beribadah kepada Allah Swt. dan tidak menyekutukan Dia.
2.
Membiasakan berbuat baik (ihsan) kepada kedua orang tua.
3.
Membiasakan untuk tidak berkata-kata buruk kepada kedua orang tua.
4.
Selalu bersikap baik kepada kedua orang tua, serta berlaku
sopan santun kepada keduanya dengan rasa penuh hormat dan memuliakannya.
5.
Selalu mendoakan orang tua sebagai ungkapan terima kasih seorang anak.
Sikap dan perilaku yang dapat diterapkan sebagai penghayatan dan pengamalan
surah Luqman [31]: 13-17 sebagai berikut.
1. Selalu mengesakan Allah Swt. dan tidak
menyekutukan-Nya dengan dengan sesuatupun
2. Selalu berbuat baik kepada kedua orang tua,
terutama ibu, karena ia telah mengandung kita dalam kepayahan, melahirkan,
merawat dan mendidik kita sebagai ungkapan terima kasih kepada mereka.
3. Membiasakan diri untuk berbuat baik dan
menaati orang tua sepanjang tidak untuk maksiat kepada Allah dan
menyekutukan-Nya.
4. Selalu berbuat baik, karena sekecil apapun
perbuatan kita, baik maupun jelek, pasti akan mendapat balasan dari Allah Swt..
5. Senantiasa menjalankan shalat, amar ma’ruf
nahi munkar, dan bersabar.
Sikap dan perilaku yang dapat diterapkan sebagai penghayatan dan pengamalan
hadis Nabi saw sebagai berikut.
1. Selalu berbakti kepada orang tua terutama
ketika mereka masih hidup, jika sudah tiadapun kita harus senantiasa mendo’akan
mereka.
2. Senantiasa berbakti kepada kedua orang tua
karena nilai kebaikannya di sisi Allah Swt. disejajarkan deng jihad.
Di samping kita berkewajiban
berbakti kepada orang tua, kita juga berkewajiban bersikap hormat dan patuh
kepada guru. Kenapa kita harus patuh kepada Bapak/ibu guru? Jasa guru sangat besar bagi murid dan masyarakat, bahkan
bagi kemajuan bangsa dan negara. Kita tidak akan menjadi pintar tanpa bimbingan
guru. Lebih dari itu tugas guru tidak hanya memberikan pelajaran dalam berbagai
ilmu pengetahuan kepada muridnya, tetapi juga bertugas mendidik mereka, agar
menjadi manusia yang baik yang sehat jasmani dan rohani. Dan kelak diharapkan
agar mereka menjadi warga negara yang baik, luhur budinya, cinta kepada tanah
air dan bangsanya
Guru adalah orang tua kedua, yaitu orang yang mendidik murid-muridnya untuk
menjadi lebih baik sebagaimana yang diridhai Allah ‘azza wa jalla. Sebagaimana
wajib hukumnya mematuhi kedua orang tua, maka wajib pula mematuhi perintah para
guru selama perintah tersebut tidak bertentangan dengan syari’at agama.
Untuk lebih mengingat dalil tentang menghormati
dan mematuhi orang tua dan guru, kalian harus menghafal surah al-Isra’[17]: 23-24, Luqman [31]: 13-17, dan
hadis dengan baik dan benar.
Sudahkah
kalian memiliki perilaku seperti di atas? Apabila kalian belum memiliki, maka
mulai saat ini cobalah banyak membaca, menghafal, belajar, dan berlatih.
Setelah kalian mendalami
materi maka selanjutnya lakukanlah diskusi
dengan teman sebangkumu atau dengan kelompokmu, kemudian persiapkan diri
untuk mempresentasikan hasil diskusi tersebut di depan kelas.
1.
Kandungan surah al-Isra’ [17]: 23-24 meliputi:
·
Perintah untuk menyembah Allah Swt. dan tidak menyekutukan Dia
dengan sesuatu.
·
Perintah berbuat baik kepada kedua orang tua
·
Perintah untuk bertutur kata, bersikap baik, dan berperilaku sopan
santun kepada orang tua
·
Perintah untuk selalu mendoakan orang tua
2.
Kandungan surah Luqman [31]: 13-17 meliputi:
·
Perintah untuk mengesakan Allah, tidak menyekutukan-Nya
·
Perintah berbuat baik kepada orang tua terutama kepada ibu
·
Perintah untuk berbuat baik.
·
Perintah menjalankan shalat, amar ma’ruf nahi munkar, dan bersabar
3.
Kandungan hadis meliputi perintah untuk senantiasa berbuat baik kepada
orang tua, karena nilai kebaikannya sejajar dengan jihad.
4.
Selalu menghormati dan menaati guru sebagaimana menghormati dan
menaati orang tua.
|
Latihan Soal:
1.
Jelaskan siapa saja yang harus kita hormati dan taati?
2.
Mengapa kita harus menghormati dan menaati orang tua?
3.
Jelaskan kandungan QS. Al-Isra’: 23-24!
4.
Tunjukkan perilaku yang mencerminkan pengamalan QS. Al-Isra: 23-24!
5.
Tulislah dalil Al-Qur’an yang memerintahkan kita untuk menghormati dan
menaati orang tua!
Tidak ada komentar