Ketika Ibadah Menjadi Nikmat dan Menjadi Seperti Saat Refreshing
Kenikmatan beribadah hanyalah diraih oleh seorang yang mencintai ibadah yang ia lakukan tersebut; yang kecintaannya terhadap ibadah tersebut tampak dari bagaimana ia menanti-nanti datangnya waktu ibadah tersebut, bersegeranya ia menyambut ibadah tersebut, maka ketika ia menunaikan ibadah tersebut, Allah Swt balas kebaikan niatnya, kejujuran niatnya, kesungguhan tekadnya tersebut dengan dirasakannya kenikmatan ketika menunaikan ibadah tersebut…Maka mereka pun menunaikan ibadah tersebut dengan penuh pengagungan, yang nampak dari kekhusyu’an mereka dalam penunaian ibadah tersebut (dan inilah ciri pertama yang Allah Swt sebutkan tentang mukminiin) :
الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ
(yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya, (QS. Al Mu’minuun : 2)
Allah Swt berfirman:
تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّهِ
…gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Rabbnya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah…(QS. Az Zumar: 23)
Allah Swt berfirman:
وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللَّه
…hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah…(QS. Ar Ra’d: 28)
Bahkan mereka gadaikan waktu tidur mereka, hanya untuk bermunajat kepada Rabb semesta alam, sebagaimana firmanNya:
كَانُوا قَلِيلًا مِّنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ
Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam (karena mereka menggunakan waktu tersbeut untuk beribadah kepadaNya,
[ QS. Adz Dzaariyaat: 17]
Mereka menyempatkan shalat diwaktu malam, karena mereka tahu itulah sebaik-baiknya pendekatan diri kepada Allaah, itulah sebaik-baik waktu untuk meraih kekhusyu’an dalam ibadah, sebagaimana firmanNya:
إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلًا
Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu’) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.(QS. Al Muzammil: 6)
Dan inilah dirasakan manusia yang paling mulia, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana dalam sabdanya:
… وَجُعِلَتْ قُـرَّةُ عَـيْـنِيْ فِي الصَّـلاَةِ
“…dan telah dijadikan penghibur (penghias) hatiku (yaitu kebahagiaanku) dalam shalat” (Shahih; HR an Nasa-i)
Juga sabda beliau:
قُمْ يَا بِلاَلُ، فَـأَرِحْـنَا بِالصَّلاَةِ
“Bangunlah wahai Bilal, buatlah kami beristirahat dengan (melakukan) shalat”. (Shahiih; HR Abu Daud)
Ternyata ibadahlah yang menjadi letak peristirahatan mereka.
Coba bandingkan dengan orang yang kurang kecintaannya terhadap suatu ibadah (atau bahkan ia membencinya, na’uudzubillaah); maka akan tampak darinya sikap yang menomorsekiankan ibadah tersebut dari aktifitas pribadinya, tidaklah ia menanti-nantinya… Dan ketika datangnya waktu menunaikan ibadah tersebut, maka ia akan merasa berat hati serta malas-malasan dalam menyambutnya… Sehingga ia menunda-nundanya, hingga akhirnya ia menunaikan pada akhir waktunya, (atau bahkan tidak menunaikannya sama sekali)… Kalaupun ia menunaikannya, maka Allaah membalas keburukan niatnya, kekurangan tekad yang ada padanya; dengan bermalas-malasannya ia ketika menunaikan ibadah tersebut… Tidaklah ia merasakan manisnya ibadah tersebut, bahkan yang dipikirkannya adalah “kapan selesainya ibadah ini”, akhirnya ia pun menunaikannya “ala kadarnya”, atau bahkan tidak menunaikan hak-hak ibadah tersebut, bahkan mungkin tidak menjalanlan syarat sahnya ibadah tersebut!
Allah Swt berfirman tentang mereka:
وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَىٰ يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا
Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud Riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka mengingat Allah, kecuali sedikit sekali. (QS. An Nisaa’ : 142)
الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ
(yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya, (QS. Al Mu’minuun : 2)
Allah Swt berfirman:
تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّهِ
…gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Rabbnya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah…(QS. Az Zumar: 23)
Allah Swt berfirman:
وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللَّه
…hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah…(QS. Ar Ra’d: 28)
Bahkan mereka gadaikan waktu tidur mereka, hanya untuk bermunajat kepada Rabb semesta alam, sebagaimana firmanNya:
كَانُوا قَلِيلًا مِّنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ
Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam (karena mereka menggunakan waktu tersbeut untuk beribadah kepadaNya,
[ QS. Adz Dzaariyaat: 17]
Mereka menyempatkan shalat diwaktu malam, karena mereka tahu itulah sebaik-baiknya pendekatan diri kepada Allaah, itulah sebaik-baik waktu untuk meraih kekhusyu’an dalam ibadah, sebagaimana firmanNya:
إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلًا
Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu’) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.(QS. Al Muzammil: 6)
Dan inilah dirasakan manusia yang paling mulia, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana dalam sabdanya:
… وَجُعِلَتْ قُـرَّةُ عَـيْـنِيْ فِي الصَّـلاَةِ
“…dan telah dijadikan penghibur (penghias) hatiku (yaitu kebahagiaanku) dalam shalat” (Shahih; HR an Nasa-i)
Juga sabda beliau:
قُمْ يَا بِلاَلُ، فَـأَرِحْـنَا بِالصَّلاَةِ
“Bangunlah wahai Bilal, buatlah kami beristirahat dengan (melakukan) shalat”. (Shahiih; HR Abu Daud)
Ternyata ibadahlah yang menjadi letak peristirahatan mereka.
Coba bandingkan dengan orang yang kurang kecintaannya terhadap suatu ibadah (atau bahkan ia membencinya, na’uudzubillaah); maka akan tampak darinya sikap yang menomorsekiankan ibadah tersebut dari aktifitas pribadinya, tidaklah ia menanti-nantinya… Dan ketika datangnya waktu menunaikan ibadah tersebut, maka ia akan merasa berat hati serta malas-malasan dalam menyambutnya… Sehingga ia menunda-nundanya, hingga akhirnya ia menunaikan pada akhir waktunya, (atau bahkan tidak menunaikannya sama sekali)… Kalaupun ia menunaikannya, maka Allaah membalas keburukan niatnya, kekurangan tekad yang ada padanya; dengan bermalas-malasannya ia ketika menunaikan ibadah tersebut… Tidaklah ia merasakan manisnya ibadah tersebut, bahkan yang dipikirkannya adalah “kapan selesainya ibadah ini”, akhirnya ia pun menunaikannya “ala kadarnya”, atau bahkan tidak menunaikan hak-hak ibadah tersebut, bahkan mungkin tidak menjalanlan syarat sahnya ibadah tersebut!
Allah Swt berfirman tentang mereka:
وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَىٰ يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا
Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud Riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka mengingat Allah, kecuali sedikit sekali. (QS. An Nisaa’ : 142)
Tidak ada komentar